MEDAN - Satu kawanan perampok yang terdiri dari tujuh pria asal Aceh, didor dan dilumpuhkan personel Polresta Medan, ketika mereka sedang beraksi di satu ruko usaha grosir jahit pakaian, di kawasan Jalan Gatot Subroto, Medan Petisah, Sabtu (23/2) pagi. Namun, pihak Polda Aceh mengaku belum menerima informasi tersebut.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Serambi di Medan, kemarin, ketujuh perampok disergap dan ditembak polisi dari Polresta Medan ketika sedang menjalankan aksinya di ruko Dunia International Taylor, usaha grosir jahit pakaian itu. Dua pelaku yang mengenakan kaos loreng dan membawa pistol mainan, ternyata mantan anggota TNI.
Para pelaku yang mendatangi rumah sekira pukul 08.00 WIB mengawali aksinya dengan berpura-pura ingin memesan pakaian dalam jumlah besar. Tanpa kesulitan berarti, kawanan ini berhasil menyekap pasangan suami istri penghuni rumah, Sahril (57), dan Misluna (54). “Kedua korban diikat, dan mulutnya disumpal. Jadi sama sekali tak bisa melawan,” kata Kasatreskrim Polresta Medan Kompol Yoris Marzuki.
Dalam penyergapan itu polisi terpaksa melumpuhkan seluruh pelaku karena berusaha melawan. Data dari RS Bhayangkara Medan dirincikan, Ahmad Dani Ismail alias Abu Bleh (44) warga Jalan Jangka, Bireuen ditembak di kaki kiri, Yani (32) asal Kutacane ditembak dua kali di kaki kiri, Sajudin Ginting (45) warga Lhokseumawe terluka di paha kiri satu peluru, dan paha kanan dua peluru.
Fujiyadi (28) penduduk Kutacane ditembak kaki kiri dengan dua peluru, selanjutnya Heru Pinem (23) asal Kutacane, Suib Muzakir (37) warga Aceh Utara, dan Ance Mahendra alias Victor (31) penduduk Kutacane sama-sama mengalami luka tembak di kaki kiri. “Si Yani dan Heru ini mantan anggota TNI. Mereka sudah dipecat dari kesatuannya,” beber Yoris.
Dalam aksinya ketujuh perampok ini mengendarai mobil Daihatsu Xenia dengan plat palsu BK 1505 KF, sedangkan plat aslinya BK 1045 ZB. Mobil itu kini sudah diamankan sebagai barang bukti di Mapolresta Medan. Barang bukti lainnya ialah empat parang, sebuah martil, dan dua pucuk pistol mainan.
Ditambahkan Yoris, para tersangka sudah sempat mengamankan sembilan jam tangan, empat kotak perhiasan, satu unit laptop, BPKB sepeda motor, satu unit handycam, dan tiga gelang emas. “Semuanya sudah disita sebagai barang bukti,” ujar Yoris.
Polisi mensinyalir komplotan ini sudah sering melakukan aksinya di Medan dengan berbagai modus. Namun untuk menelusuri sepakterjang kejahatan itu, polisi masih mengembangkannya dengan melibatkan Polda Aceh.
Korban Sahril mengatakan perampokan itu terjadi ketika dirinya baru saja pulang mengantar anaknya sekolah. Awalnya tidak ada kecurigaan, karena hanya satu pelaku yang masuk dengan sikap wajar. “Dia menanyakan bakal pakaian, katanya mau mesan dalam jumlah banyak,” kaya Sahril.
Ketika sedang mencari jenis kain yang dicari, tiba-tiba enam pria lainnya langsung masuk dan menyekap dirinya. Belakangan istrinya yang berada di dapur juga disekap. Ia memastikan tidak berani melawan karena mengira dua pistol yang dibawa pelaku sungguhan.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Gustav Leo yang dikonfirmasi Serambi, di Banda Aceh, Sabtu (23/2) sore, mengakui bahwa sejauh ini pihak Polda Aceh belum memperoleh informasi terkait adanya tujuh perampok asal Aceh yang ditembak aparat Polresta Medan.
“Kami belum menerima informasinya. Mungkin masih ada pengembangan yang dilakukan pihak kepolisian di sana (Polresta Medan), sehingga belum sempat disampaikan kepada Polda Aceh. Biasanya kalau kejahatan yang berkaitan dengan anggota, kami cepat dikabari,” kata Gustav Leo.(mad/mir)
Belum Terima Informasi
SEJAUH ini, kami belum menerima informasi terkait penangkapan tujuh perampok asal Aceh di Medan itu. Mungkin masih ada pengembangan yang dilakukan pihak kepolisian di sana (Polresta Medan), sehingga belum disampaikan kepada Polda Aceh. Biasanya kalau kejahatan yang berkaitan dengan anggota, kami cepat dikabari.
Kombes Pol. Gustav Leo, Kabid Humas Polda Aceh
Sumber : Serambi Indonesia
Categories:
Nanggroe